Disusun oleh:
Fadli Fatanah Setiadi
Universitas Gunadarma
Fakultas Teknologi Industri
Jurusan Teknik Informatika
Kelas 1IA21
Mata Kuliah: Ilmu Sosial Dasar
Dosen: Edi Fakhri, SS, M.Sos
2017
Kata Pengantar
Banyak sekali kesulitan dan hambatan dalam pembuatan makalah ini tapi dengan semangat dan dukungan dari orang tua sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas ini dengan baik. penulis ucapkan terimakasih kepada orang tua yang telah mendukung dalam pembuatan makalah.
Penulis menyimpulkan bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan makalah ini dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Jakarta,
11 febuari 2017
Daftar Isi
Kata Pengantar………………………………………………………………………....…..…. ii
Daftar Isi………………………………………………………………………......……..…….. iii
BAB I
Latar Belakang…………………………………………………………………......…. 1
Rumusan Masalah………………………………………………………………....… 2
Tujuan Penelitian………………………………………………………...................... 2
Manfaat…………………………………………………………………….....………. 3
Metode……………………………………………………………………………....... 3
BAB II
Pengertian Pemuda………………………………………………………………...... 4
Karakteristik Pemuda……………………………………………………………........ 5
Masalah-masalah Pemuda……………………………………………………...…… 8
Potensi-potensi Pemuda…………………………………………………………..… 10
Pengertian Sosialisasi…………………………………………………………..…… 11
Proses Sosialisasi………………………………………………………………..……13
Peranan sosial mahasiswa & pemuda di masyarakat ………………………..… 14
Tujuan Sosialisasi…………………………………………………………….…....... 14
BAB III
peran pemuda dalam suatu Negara………………………………………………... 15
penyebab
hancurnya moral pemuda……………………………………………… 16
caranya
memperbaiki moral pemuda………………………………………...…..... 17
keadaan
pemuda di Indonesia……………………………………………..…..….. 18
kehidupan
sosialisasi pemuda…………………………………………………...…18
pentingnya
sosialisasi bagi pemuda…………………………………………..….. 19
BAB IV
Kesimpulan…………………………………………………….………........……...... 20
Daftar Pustaka………………………………………………………………………................ 21
BAB I
Pendahuluan
Kehidupan
suatu bangsa tidak luput dari kehidupan para pemudanya, mulai dari trend
fashion, kreativitas dalam berbagai bidang, penemuan dalam bidang teknologi dan
sains, inovasi teknologi, aksi bela Negara dan bahkan sampai pewarisan budaya
pun pemuda ambil bagian dalam menjalankan kehidupan berbangsa ini. Bayangkan
negara ini tanpa adanya pemuda, apakah Negara ini dapat bertahan dari
serangan-serangan yang dapat menghancurkan keutuhan negri ini. Kita sangat
membutuhkan adanya pemuda di negri ini karena kekuatan pemuda sangatlah
dahsyat, ditangan pemuda suatu Negara dapat tercipta, ditangan pemuda
pula suatu Negara dapat hancur. Tidak hanya membuat suatu Negara menjadi hebat,
pemuda dapat meruntuhkan keutuhan Negara, di zaman yang semakin maju ini sangat
lah mudah bagi budaya asing masuk ke suatu Negara, dari budaya asing
tersebut memiliki nilai-nilai yang dapat memajukan suatu bangsa, juga dapat
menghancurkan suatu bangsa. Jika pemuda suatu negara tidak mampu untuk memilih
hal-hal yang positif dari suatu budaya asing, mereka dapat menghancurkan
dirinya dan Negaranya. Selain mengancam keutuhan bangsa para pemuda bisa saja
menghilangkan budaya Negaranya karena para pemudanya mengganti budaya Negara
mereka dengan budaya asing. Itulah yang terjadi saat ini terhadap Negara
Indonesia, banyak pemudanya yang mengadopsi budaya asing, seperti budaya
memakai narkoba, minnum-minuman keras, bahkan budaya yang mengidolakan seorang
tokoh secara berlebihan. Budaya tersebutlah yang dapat menghancurkan Negara
Indonesia.
Kami
menyadari pentingnya pemuda bagi suatu Negara khususnya Negara Indonesia, para
pemudanya harus dijaga, di didik dengan baik sehingga Negara ini tidak mudah di
runtuhkan kemerdekaannya. Hal ini yang mendorong kami untuk membuat karya
ilmiah sebagai kritikan dan saran bagi para pemuda di seluruh dunia.
1.2.1
Apa peran pemuda dalam suatu negara
1.2.2
Apa penyebab hancurnya moral pemuda
1.2.3
Bagaimana caranya memperbaiki moral pemuda
1.2.4
Bagaimana keadaan pemuda di Indonesia
1.2.5
Bagaimana kehidupan sosialisasi pemuda
1.2.6
Apa pentingnya sosialisasi bagi pemuda
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk
mengetahui peran pemuda dalam suatu Negara
1.3.2
Untuk mengetahui penyebab hancurnya moral pemuda
1.3.3
Untuk mengetahui cara memperbaiki moral pemuda
1.3.4
Untuk mengetahui keadaan pemuda di Indonesia
1.3.5
Untuk mengetahui kehidupan sosialisasi pemuda
1.3.6
Untuk mengetahui pentingnya sosialisasi bagi pemuda
1.4 Manfaat
Menjadikan hasil
penelitian sebagai pembelajaran dan motivasi bagi pembaca supaya pemuda dapat
diperhatikan moralnya dan peranannya dalam kehidupan berbangsa. Lalu memberikan
pemahaman pentingnya sosialisasi bagi pemuda
1.5 Metode
Menggunakan metode pengamatan. Wacana-wacana di media elektronik dan Internet
BAB II
Landasan Teori
2.1 Pengertian Pemuda
Pemuda atau generasi muda
merupakan konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan masalah nilai. hal ini
merupakan pengertian idiologis dan kultural daripada pengertian ini. Di dalam
masyarakat pemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus
cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya karma
pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa siapa yang menguasai pemuda
akan menguasai masa depan.
United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO) mendefinisikan pemuda sebagai “…a period of transition
from the dependence of childhood to adulthood’s independence and awareness of
our interdependence as members of a community…”. Dalam pengertian ini,
yang disebut sebagai "pemuda" adalah mereka yang sedang menjalani
transisi dari masa kanak-kanak menuju periode ketika mereka dituntut untuk
menjadi lebih mandiri dan independen. Pada periode tersebut, mereka juga
diharapkan untuk memiliki kepekaan sebagai bagian dari masyarakat tempatnya
beraktivitas. Secara usia, UNESCO juga membatasi mereka yang dapat disebut
sebagai pemuda adalah mereka yang berusia antara 15-24 tahun.
Jika UNESCO menetapkan usia pemuda adalah 15-24 tahun, bagi The African Youth Charter, pemuda adalah mereka yang berusia antara 15-35 tahun. Batasan ini disesuaikan dengan konteks Afrika serta realitas pembangunan di benua itu.
Bagaimana di tanah air kita sendiri? Merujuk pada Undang undang 40 tahun 2009 Tentang Kepemudaan, pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16-30 tahun. Secara usia, batas atas usia pemuda di Indonesia bisa dibilang merupakan median antara batasan UNESCO dan The African Youth Charter. Definisi kualitatif pemuda yang tercantum di Undang-Undang 40/2009 juga sejalan dengan definisi UNESCO. Undang-undang kita menggunakan frase “periode penting pertumbuhan”, sementara UNESCO mengelaborasinya dengan lebih detil, dalam periode tersebutlah terjadi transisi dari individu yang dependen mejadi independen.
Ada beberapa kedudukan pemuda dalam pertanggung
jawabannya atas tatanan masyarakat, antara lain:
a. Kemurnian idealismenya
b. Keberanian dan Keterbukaanya dalam
menyerap nilai-nilai dan gagasan yang baru
c. Semangat pengabdiannya
d. Sepontanitas dan dinamikanya
e. Inovasi dan kreativitasnya
f. Keinginan untuk segera mewujudkan
gagasan-gagasan baru
g. Keteguhan janjinya dan keinginan untuk
menampilkan sikap dan keperibadiannya yang
mandiri
h. Masih langkanya pengalaman-pengalaman yang
dapat merelevansikan pendapat, sikap dan tindakanya dengan kenyataan yang ada.
1. Masa mencari identitas.
Masa
muda adalah masa peralihan dari anak-anak, remaja yang kemudian masa muda. Di
masa anak-anak, seseorang hanya mengetahui bahwa semua yang ia lakukan adalah
benar dan menyenangkan. Ketika remaja, dia mulai merasa memiliki hak untuk
bicara, mulai belajar mengidentifikasi masalah dan cenderung mengikuti perilaku
orang dewasa.
Pada
masa ini seorang anak harus mendapat perhatian khusus sebelum akhirnya menempuh
masa muda. Di masa muda, seseorang akan cenderung merasa lebih berkuasa dan
lebih dari semuanya karena kemampuan yang dimilikinya, mulai merasa punya hak
lebih dan merasa bisa melakukan apa saja. Setelah pencarian jati diri di masa
remaja, di masa muda mereka sudah mulai membentuk jati diri.
Pergaulan
di masa remaja juga merupakan pengaruh jati diri seseorang di masa muda. Orang
dewasa, terutama orang tua harus lebih jeli dan hati-hati dalam mendidik
seorang anak ketika mereka menginjak masa remaja, karena bila salah mendidik
maka akan mempengaruhi jati diri anak tersebut ketika di masa muda. Jati diri
yang terbentuk dimasa muda adalah buah dari masa remaja. Jadi mereka perlu
diberi pendekatan ke arah positif dan lebih peka kepada lingkungan sosial
masyarakat agar jati diri yang membentuk mereka bisa memberi manfaat bagi
masyarakat.
Hal-hal yang ada dipikiran dan
dirasakan remaja saat mencari jati diri :a. Tidak mau dikekang oleh peraturan
b. Nilai rohani adalah penghalang kebebasan
c. Bertindak sesuai kemauan sendiri
2. Mengidentifikasi diri sebagai pribadi yang mandiri.
Tidak
jarang ada seorang remaja yang mencari perhatian kepada lingkungan sekitarnya,
hal ini berkaitan dengan karakteristik remaja yang mengidentifikasi diri
sebagai pribadi yang mandiri, remaja ingin dilihat oleh lingkungannya sebagai
pribadi yang mandiri, mampu melakukan tugas dengan sendiri tanpa bantuan orang
tua, merasa mampu menjaga dirinya sendiri. Hal tersebut semata-mata ingin di
akui oleh lingkungannya. Remaja berpikir bahwa melibatkan orang tua sama dengan
tidak mandiri, itulah salah satu hal yang mengakibatkan orang tua jauh dari
anaknya yang remaja.
Hal-hal yang ada dipikirkan dan dirasakan oleh remaja sebagai pribadi yang mandiri :
a. Aktualisasi diri
b. Keinginan untuk diperhatikan
c. Keinginan untuk dihargai
d. Orang tualah yang bermasalah
3. Memperlakukan diri sebagai orang dewasa.
Saat
di tempat umum kita melihat seorang remaja yang berpenampilan seperti orang
dewasa, mulai dari riasan, pakaian yang dikenakan hingga bergaya seperti orang
dewasa. Itu adalah karakteristik pemuda yang ingin berprilaku layaknya orang
dewasa. Menurut ilmu psikologi, hal itu sangat wajar karena remaja adalah massa
peralihan dari anak-anak menuju dewasa, pikiran mereka antara pikiran dewasa
dan pikiran anak-anak, tingkah lakunya pun begitu, antara prilaku anak-anak dan
prilaku dewasa.
a. Manipulasi diri, suka bersikap sebagaimana orang dewasa tetapi tidak sepenuhnya sesuai kondisi bathin mereka
b.Berperan ganda, berubah-ubah sesuai suasana (kadang bersikap dewasa, kadang kekanak-kanakan)
4. Idealisme tinggi,
Idealisme
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan oleh remaja, sebuah keidealisan
remaja berbeda-beda antara remaja yang satu dan remaja yang lainnya. Jika pun
ada yang memiliki keidealisan yang sama, itu hanya dalam beberapa hal saja.
Perbedaan keidealisan remaja dipengaruhi oleh karakter, pemikiran, dan
lingkungan disekitar remaja tersebut. Biasanya remaja menetapkan suatu
keidealisannya terlalu tinggi, seperti memiliki barang mewah, memilih pasangan
yang sempurna dan masih banyak hal lainnya. Beberapa dari mereka menetapkan
keidealisan yang tinggi agar tidak gengsi saat bertemu dengan temannya dan agar
dipuji oleh orang lain.
a. Obsesi terhadap barang mahal, bermerek
b. Memiliki pacar terbaik
c. Memiliki nilai terbaik
5. Menetapkan aturan bagi diri sendiri,
Peraturan
ditetapkan agar tidak terjadi hal-hal yang semena-mena dan teratur agar dapat
dikendalikan dengan mudah, begitu juga dengan remaja yang ingin membuat aturan
sesuai keinginannya agar orang lain tidak dapat mengganggunya dan orang lain
berada dibawah kendalinya,untuk mewujudkan sebuah peraturan biasanya remaja
menerapkan aturan tersebut kepada kehidupannya sehari-hari atau membentuk
sebuah regu yang didalamnya diberlakukan aturan yang sesuai dengan kesepakatan.
a.
Peraturan yang memuaskan hati,
b. Tidak peduli norma dan nilai yang
berlaku2.3 Masalah-masalah generasi muda
Saat ini generasi muda khususnya remaja, telah digembleng berbagai disiplin ilmu. Hal itu tak lain adalah persiapan mengemban tugas pembangungan pada masa yang akan datang, masa penyerahan tanggung jawab dari generasi tua ke generasi muda. Sudah banyak generasi muda yang menyadari peranan dan tanggung jawabnya terhadap negara di masa yang akan datang. Tetapi, dibalik semua itu ada sebagian generasi muda yang kurang menyadari tanggung jawabnya sebagai generasi penerus bangsa.
Adapun masalah yang dihadapi remaja masa kini antara lain :
1. Kebutuhan akan figur teladan
Remaja jauh lebih mudah terkesan akan nilai2 luhur yang berlangsung dari keteladanan orang tua mereka daripada hanya sekedar nasihat2 bagus yagn tinggal hanya kata-kata indah.
2. Sikap apatis
Sikap apatis meruapakan kecenderungan untuk menolak sesuatu dan pada saat yang b ersamaan tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Sikap apatis ini terwujud di dalam ketidakacuhannya akan apa yang terjadi di masyarakatnya.
3. Kecemasan dan kurangnya harga diri
Kata stess atau frustasi semakin umum dipakai kalangan remaja. Banyak kaum muda yang mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk “pelarian” (memburu kenikmatan lewat minuman keras, obat penenang, seks dan lainnya).
4. Ketidakmampuan untuk terlibat
Kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir ekonomis, membuat para remaja sulit melibatkan diri secara emosional maupun efektif dalam hubungan pribadi dan dalam kehidupan di masyarakat. Persahabatan dinilai dengan untung rugi atau malahan dengan uang.
5. Perasaan tidak berdaya
Perasaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi semakin menguasai gaya hidup dan pola berpikir masyarakat modern. Teknologi mau tidak mau menciptakan masyarakat teknokratis yang memaksa kita untuk pertama-tama berpikir tentang keselamatan diri kita di tengah2 masyarakat. Lebih jauh remaja mencari “jalan pintas”, misalnya menggunakan segala cara untuk tidak belajar tetapi mendapat nilai baik atau ijasah.
6. Pemujaan akan pengalaman
sebagian besar tindakan2 negatif anak muda dengan minumam keras, obat2an dan seks pada mulanya berawal dari hanya mencoba-coba. Lingkungan pergaulan anak muda dewasa ini memberikan pandangan yagn keliru tentang pengalaman.
2.4 Potensi-potensi generasi muda
Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut :
a.
Idealisme dan Daya Kritis
Secara sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan yang ada, sehingga
ia dapat melihat kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu mencari
gagasan baru.
b.
Dinamika dan Kreativitas
Adanya idealisme pada generasi muda, menyebabkan mereka memiliki potensi
kedinamisan dan kreativitas, yakni kemampaun dan kesediaan untuk mengadakan
perubahan, pembaharuan,
c.
Keberanian Mengambil Resiko
Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung resiko dapat
meleset, terhambat atau gagal. Namun, mengambil resiko itu diperlukan jika
ingin memperoleh kemajuan.
d.
Optimis dan Kegairahan
Semangat Kegagalan tidak menyebabkan generasi muda patah semangat.
Optimisme dan kegairahan semangat yang dimiliki generasi muda merupakan daya
pendorong untuk mencoba lebih maju lagi.
e.
Sikap Kemandirian dan Disiplin Murni
Generasi
muda memiliki keinginan untuk selalu mandiri dalam sikap dan tindakannya.
f.
Terdidik
Walaupun dengan memperhitungkan faktor putus
sekolah, secara menyeluruh baik dalam arti kualitatif maupun dalam arti
kuantitatif.
g.
Keanekaragaman dalam Persatuan dan
Kesatuan
Keanekaragaman generasi muda merupakan cermin dari
keanekaragaman masyarakat kita. Keanekaragaman tersebut dapat menjadi hambatan
jika dihayati secara sempit dan eksklusif.
h.
Patriotisme dan Nasionalisme
Pemupukan rasa kebanggaan, kecintaan, dan turut serta
memiliki bangsa dan negara dikalangan generasi muda perlu digalakkan karena
pada gilirannya akan mempertebal semangat pengabdian dan kesiapan mereka untuk
membela dan mempertahankan NKRI.
i.
Kemampuan Penguasaan Ilmu dan Teknologi
Generasi muda dapat berperan secara berdaya guna
dalam rangka pengembangan ilmu dan teknologi bila secara fungsional dapat
dikembangkan sebagai Transformator dan Dinamisator.
2.5 Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.
Internalisasi belajar & sosialisasi
Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya.
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal.
1. Sosialisai primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.
Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.
2. Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami ‘pencabutan’ identitas diri yang lama.
Internalisasi adalah proses norma-norma kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai institusionalisasi saja,akan tetapi mungkin norma-norma tersebut sudah mendarah daging dalam jiwa anggota-anggota masyarakat. Norma-norma ini kadang dibedakan antara norma-norma ;
a. Norma-norma yang mengatur pribadi yang mencakup norma kepercayaan yang bertujuan agar manusia berhati nurani yang bersih.
b. Norma-norma yang mengatur hubungan pribadi, mencakup kaidah kesopanan dan kaidah hukum serta mempunyai tujuan agar manusia bertingkah laku yang baik dalam pergaulan hidup dan bertujuan untuk mencapai kedamaian hidup.
2.6 Proses Sosialisasi
1. Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan “mam”. Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
2. Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other)
3. Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
4. Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama–bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya– secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
2.7 Peranan sosial mahasiswa & pemuda di masyarakat
Mahasiswa adalah kelompok pelajar yang bisa dikatakan sebagai golongan terdidik, karena mampu untuk mengenyam pendidikan tinggi, di saat sebagian yang lain dalam usia yang sama masih bergelut dengan kemiskinan dan keterbatasan biaya dalam mengakses pendidikan, terutama pendidikan tinggi.
Predikat tersebut tentulah dapat disinonimkan bahwa mahasiswa merupakan kaum intelektual, yang mempunyai basis keilmuan yang kuat sesuai dengan jurusan yang diambil masing-masing mahasiswa, yang berarti kemampuan akademik mahasiswa dapat diandalkan sebagai salah satu asset negara ini. Tetapi, mahasiswa juga merupakan sebuah entitas social yang selalu berinteraksi dengan masyarakat dari segala jenis lapisan, sehingga dalam hal ini mahasiswa pun dituntut untuk memainkan peran aktif dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
2.8 Tujuan Sosialisasi
Sosialisasi mempunyai tujuan sebagai berikut :
a. memberikan keterampilan kepada seseorang untuk dapat hidup bermasyarakat
b. mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif
c. membantu mengendalikan fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
d. Membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada di masyarakat.
BAB III
Pembahasan
3.1 Apa peran pemuda dalam suatu Negara
Suatu Negara dilihat dari kualitas baik dan buruk pemudanya,
dikarenakan generasi muda adalah penerus dan pewaris bangsa dan Negara.
Generasi muda harus mempunyai karakter yang kuat untuk membangun bangsa dan
negaranya, memiliki kepribadian tinggi, semangat nasionalisme, berjiwa saing,
mampu memahami pengetahuan dan teknologi untuk bersaing secara global. Pemuda
juga perlu memperhatikan bahwa mereka mempunyai fungsi sebagai Agent of change,
moral force and sosial kontrol sehingga fungsi tersebut dapat berguna bagi
masyarakat.
Pemuda berperan aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial,
dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional. Peran aktif
pemuda sebagai kekuatan moral diwujudkan dengan menumbuh kembangkan aspek etik dan
moralitas dalam bertindak pada setiap dimensi kehidupan kepemudaan, memperkuat
iman dan takwa serta ketahanan mental- spiritual, dan meningkatkan
kesadaran hukum. Sebagai kontrol sosial diwujudkan dengan memperkuat wawasan
kebangsaan,membangkitkan kesadaran atas tanggung jawab, hak, dan kewajiban
sebagai warga negara, membangkitkan sikap kritis terhadap lingkungan dan
penegakanhukum, meningkatkan partisipasi dalam perumusan kebijakan publik,
menjamin transparansi dan akuntabilitas publik, dan memberikan kemudahan akses
informasi.
3.2 Apa penyebab hancurnya moral pemuda
Sudah
banyak sekali kasus yang bisa kita saksikan melalui media massa bahwa generasi
muda sebagai motor dan tulang punggung negara ini sudah rusak moral atau akhlak
dan perilakunya. Budaya Islam sebagai budaya yang seharus dikembangkan
dan dijadikan sebagai ukuran atau filter penyaring dilupakan bahkan dilecehkan.
Generasi muda sudah kehilangan takaran iman yang bisa menepis pengaruh budaya
luar yang merusak kepribadian kita sebagai bangsa. Generasi muda kita banyak
kehilangan arah dan tersesat dalam area yang sangat berbahaya dan cenderung
hanya menggunakan nafsu.
Dengan rusaknya moral dan akhlak generasi muda, maka secara perlahan akan merusak tatanan suatu bangsa dan tinggal menunggu kehancurannya. Allah jelas telah mengingatkan kita bahwa hancurnya bangsa diakibatkan rusaknya moral dan akhlak pemudanya dan Qur’an dan Hadits yang diabaikan akan memberikan dampak ketersesatan dan kehancuran manusia.
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan rusaknya moral pemuda :
1.
kemajuan
teknologi,
Dampak
globalisasi teknologi memang dapat memberikan dampak positif tetapi tidak dapat
di pungkiri lagi bahwa hal ini juga dapat berdampak negative bagi kerusakan
moral. Perkembangan internet dan ponsel berteknologi tinggi terkadang dampaknya
sangat berbahaya bila tidak di gunakan oleh orang yang tepat. Misalnya : Video
porno ,berbagai jejaring sosial yang menguras waktu belajar kaum remaja.
2.
Pudarnya keimanan.
Sekuat
apapun iman seseorang, terkadang mengalami naik turun. Ketika tingkat keimanan
seseorang menurun, potensi kesalahan terbuka. Hal ini sangat berbahaya bagi
moral, Jika dibiarkan tentu membuat kesalahan semakin kronis dan Akan
menimbulkan kerusakan moral .
3. pengaruh lingkungan sekitar.
Kondisi
lingkungan,layaknya lingkungan rumah,sekolah,dan sebagainya tentuk akan
berdampak dalam pembentukan karakter moral itu sendiri.
3.3
Bagaimana caranya untuk menghindari rusaknya moral pemuda
Cara
untuk menghindari rusaknya moral pemuda adalah dengan :
1.
Menghindari
Salah dalam bergaul, kita harus pandai memilah dan memilih teman dekat. Karena
pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral, dan akhlak. Karena
kepribadian manusia akan terpengaruhi dari pergaulan itu sendiri. Apabila
seseorang bergaul di lingkungan yang baik,maka ia akan timbul kepribadian yang
baik juga. Begitu juga sebaliknya, Apabila seseorang bergaul di lingkungan yang
tidak baik, maka akan timbul kepribadian yang tidak baik juga.
2.
Peran orang
tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, terutama dalam
mengenalkan pendidikan agama sejak kecil. Perhatian dari orang tua juga sangat
penting. Karena pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat
menyebabkan dampak buruk pada sikap anak.
3.
Memperluas
wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk menyaring pengaruh buruk dari
lingkungan, misalnya kebiasaan merokok. Padahal jika dilihat dari sisi
kesehatan, merokok dapat menyebabkan banyak penyakit, baik pada perokok aktif
maupun pasif. Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirinya
sendiri, melainkan juga orang-orang di sekelilingnya.
4.
Meningkatkan
iman setiap pemuda adalah hal yang paling utama, karena jika
seorang pemuda memiliki iman yang rendah akan mudah untuk jatuh kedalam prilaku
menyimpang, akibatnya moral para pemuda akan hancur. Iman sangatlah penting
untuk ditingkatkan, karena iman adalah benteng yang akan menghalangi masuknya
prilaku menyimpang,
3.4
Bagaimana keadaan pemuda di Indonesia
Dalam
sejarah bangsa ini, Pemuda selalu menjadi penggerak kebangkitan bangsa. Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928 adalah contoh nyata. Selain itu, peristiwa lain yang
menunjukkan betapa pentingnya peran pemuda adalah Peristiwa Rengasdengklok, 16
Agustus 1945. Para Pemuda pada saat itu yang dipimpin Soekarni, Wikana, serta
Chairul Saleh menculik Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok dengan satu tujuan:
mendesak mereka agar mempercepat proklamasi Indonesia. Upaya ini akhirnya
berhasil, esok harinya, 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Sekali lagi pemuda memainkan peran penting bagi bangsa.
Kini, kondisi bangsa telah berubah, 86 tahun pasca
Sumpah Pemuda, kondisi pemuda Indonesia pun berbeda. Serangkaian aksi dan
gerakan pemuda atau mahasiswa pada masa lalu tentunya didasari rasa cinta terhadap Indonesia. Rasa cinta yang menggelora itu
dibarengi pula oleh kecerdasan intelektual, ketajaman berpikir, dan semangat
pergerakan. Sekarang mungkin berbeda, rasa cinta negeri sendiri tak sekuat
dulu.
Dari segi budaya misalnya, pemuda Indonesia kini
barangkali lebih hafal dan lebih mengenal budaya asing dibanding budaya
sendiri. Ramai pemuda-pemuda sekarang ini menggandrungi budaya Korea Selatan,
Jepang dan lainnya, lalu lupa akan budaya Indonesia atau budaya di
daerahnya sendiri. Lalu dari segi pendidikan dulu pemuda Indonesia sangatlah
gemar membaca dan menulis, kini mereka lebih suka bermain dengan gadget mereka
disbanding membaca dan menulis. Padahal, dua hal inilah yang memengaruhi
kualitas seseorang. Dua hal ini juga akan melatih ketajaman berpikir, analisis,
serta masuknya pengetahuan, wawasan, dan inspirasi. Tentunya masih ada memang
yang gemar membaca dan berdiskusi, namun jumlahnya sedikit. Dan juga dari segi
moral, pemuda zaman kini tidak sebaik pemuda zaman dulu, yang
memperhatikan kesopanan dalam berpakaian, pemuda zaman kini berani
memamerkan auratnya dan merasa bangga jika yang mereka lakukan itu
mendapat respon dari orang lain.
3.5
Bagaimana kehidupan sosialisasi pemuda
Dunia
kini sudah mulai berkembang begitu pula dengan kehidupan sosialisasi para
pemuda dulu para pemuda untuk melakukan sosialisasi, mereka harus bertemu
secara langsung, kini para pemuda bias bersosialisasi dengan temannya melalui
social media, di dalam social media kita dapat berkomunikasi dengan orang lain
yang berada di tempat yang sangat jauh dengan hanya membuka handphone atau
gadget lainnya di rumah kita. Perkembangan itulah yang membuat sosialisasi yang
dilakukan oleh pemuda berubah, berubah dari sosialisasi secara langsung menjadi
sosialisasi tidak langsung.
3.6
Apa pentingnya sosialisasi bagi pemuda
Melalui
proses sosialisasi, seorang pemuda akan terwarnai cara berpikir dan
kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan
dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana
ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari
keadaan tidak tahu atau belum tersosialisasi, menjadi manusia yang beradab.
Kedirian dan kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal
ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar
dan menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara berpikir
kelompoknya agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi
merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan
hubungannya dengan sistem sosial. Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh
susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan
inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa
individu, sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui
pendidikan dan perkembangannya.
Proses sosialisasi melahirkan
kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian (self) sebagai suatu prosuk
sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri sendri dan memandang adanya
pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran terhadap diri sendiri membuat
timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai kedirian subyektif yang sulit
dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :- Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah memperhatikan cara orang lain memandang dan memperlakukan dirinya. Misalnya ia tidak disukai, tidak dihargai, tidak dipercaya; atau sebaliknya, ida disayangi, baik budi dandapt dipercaya
- Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang bersangkutan mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar memperoleh penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna dalam meningkatkan ketaatan anak terhadap norma-norma sosial
BAB IV
Kesimpulan
Dengan sifat pemuda yang mudah dipengaruhi, pemuda sangat lah rentan terhadap rusaknya moral dan rusaknya norma-norma. Banyak sekali dari mereka yang terjebak akan gaya hidup yang bebas, sehingga mereka terjerat narkoba, sex bebas dan prilaku menyimpang lainnya. Penting sekali bagi orang tua untuk mengawasi pergaulan anak mereka yang sudah memasuki fase remaja.
Ada banyak hal yang dapat dilakukan oleh orang tua agar anaknya tidak terjebak kedalam prilaku menyimpang. contohnya orang tua dapat memberikan contoh yang baik bagi para pemuda, menasehati mereka tanpa membuat mereka marah, memberikan ilmu tentang agama agar iman mereka meningkat dan banyak lagi yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk menghindari anaknya dari prilaku menyimpang.
Pemuda sangat lah penting bagi negara karena pemuda merupakan suatu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya karna pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan.
Daftar Pustaka
http://aripsaputra.blogspot.com/2011/10/pengertian-sosialisasi-internalisasi.html
http://bayoscreamo.blogspot.com/2011/10/peranan-sosial-mahasiswa-dan-pemuda-di.html
http://cahayapenerangdunia.blogspot.com/2011/07/pembinaan-dan-pengembangan-generasi.html
http://taufikhidayah21.wordpress.com/tag/pengertian-pemuda/
http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi
https://filzaah.wordpress.com/2013/11/10/pemuda-dan-sosialisasi/
http://jurnal.selasar.com/politik/siapa-itu-pemuda
https://lovegoldennews.wordpress.com/articel/cirikarakteristik-pemudai/
http://aniisahnuurul.blogspot.co.id/2013/10/peran-pemuda-dalam-membangun-negara.html
http://paundrafajar.blogspot.co.id/2016/01/penyebab-dan-solusi-kerusakan-moral.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar