Jumat, 13 Januari 2017

Pemetaan Sosial

Pemetaan Sosial Kota Bekasi


Profil kota bekasi

Sejarah Sebelum Tahun 1949
Kota Bekasi ternyata mempunyai sejarah yang sangat panjang dan penuh dinamika. Ini dapat dibuktikan perkembangannya dari jaman ke jaman, sejak jaman Hindia Belanda, pundudukan militer Jepang, perang kemerdekaan dan jaman Republik Indonesia. Di jaman Hindia Belanda, Bekasi masih merupakan Kewedanaan (District), termasuk Regenschap (Kabupaten) Meester Cornelis. Saat itu kehidupan masyarakatnya masih di kuasai oleh para tuan tanah keturunan Cina.
Kondisi ini terus berlanjut sampai pendudukan militer Jepang. Pendudukan militer Jepang turut merubah kondisi masyarakat saat itu. Jepang melaksanakan Japanisasi di semua sektor kehidupan. Nama Batavia diganti dengan nama Jakarta. Regenschap Meester Cornelis menjadi KEN Jatinegara yang wilayahnya meliputi Gun Cikarang, Gun Kebayoran dan Gun Matraman.Setelah proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, struktur pemerintahan kembali berubah, nama Ken menjadi Kabupaten, Gun menjadi Kewedanaan, Son menjadi Kecamatan dan Kun menjadi Desa/Kelurahan. Saat itu Ibu Kota Kabupaten Jatinegara selalu berubah-ubah, mula-mula di Tambun, lalu ke Cikarang, kemudian ke Bojong (Kedung Gede).
Pada waktu itu Bupati Kabupaten Jatinegara adalah Bapak Rubaya Suryanaatamirharja.Tidak lama setelah pendudukan Belanda, Kabupaten Jatinegara dihapus, kedudukannya dikembalikan seperti zaman Regenschap Meester Cornelis menjadi Kewedanaan. Kewedanaan Bekasi masuk kedalam wilayah Batavia En Omelanden. Batas Bulak Kapal ke Timur termasuk wilayah negara Pasundan di bawah Kabupaten Kerawang, sedangkan sebelah Barat Bulak Kapal termasuk wilayah negara Federal sesuai Staatsblad Van Nederlandsch Indie 1948 No. 178 Negara Pasundan.
Sejarah setelah tahun 1949
Sejarah setelah tahun 1949, ditandai dengan aksi unjuk rasa sekitar 40.000 rakyat Bekasi pada tanggal 17 Februari 1950 di alum-alun Bekasi. Hadir pada acara tersebut Bapak Mu’min sebagai Residen Militer Daerah V. Inti dari unjuk rasa tersebut adalah penyampaian pernyataan sikap sebagai berikut :
Rakyat bekasi mengajukan usul kepada Pemerintah Pusat agar kabupaten Jatinegara diubah menjadi Kabupaten Bekasi. Rakyat Bekasi tetap berdiri di belakang Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dan berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 1950 terbentuklah Kabupaten Bekasi, dengan wilayah terdiri dari 4 kewedanaan, 13 kecamatan (termasuk Kecamatan Cibarusah) dan 95 desa. Angka-angka tersebut secara simbolis diungkapkan dalam lambang Kabupaten Bekasi dengan motto "SWATANTRA WIBAWA MUKTI".
Pada tahun 1960 kantor Kabupaten Bekasi berpindah dari Jatinegara ke kota Bekasi (jl. H Juanda). Kemudian pada tahun 1982, saat Bupati dijabat oleh Bapak H. Abdul Fatah Gedung Perkantoran Pemda Kabupaten Bekasi kembali dipindahkan ke Jl. A. Yani No.1 Bekasi. Pasalnya perkembangan Kecamatan Bekasi menuntut dimekarkannya Kecamatan Bekasi menjadi Kota Administratif Bekasi yang terdiri atas 4 kecamatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1981, yaitu Kecamatan Bekasi Timur, bekasi Selatan, Bekasi Barat dan Bekasi Utara, yang seluruhnya menjadi 18 kelurahan dan 8 desa.
Pada Perkembangannya Kota Administratif Bekasi terus bergerak dengan cepat. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan roda perekonomian yang semakin bergairah. Sehingga status Kotif. Bekasi pun kembali di tingkatkan menjadi Kotamadya (sekarang "Kota") melalui Undang-undang Nomor 9 Tahun 1996 Menjabat Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bekasi saat itu adalah Bapak Drs. H. Khailani AR, selama satu tahun (1997-1998).
Selanjutnya berdasarkan hasil pemilihan terhitung mulai tanggal 23 Pebruari 1998 Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bekasi definitif dijabat oleh Bapak Drs. H Nonon Sonthanie (1998-2003). Setelah pemilihan umum berlangsung terpilihlah Walikota dan Wakil Walikota Bekasi yaitu : Akhmad Zurfaih dan Moechtar Muhammad (perode 2003 - 2008).

Wilayah kota bekasi

Wilayah Bekasi sendiri merupakan wilayah yang cukup luas di provinsi Jawa Barat sekitar 210,49  luas dari kota dan kabupaten Bekasi, penduduk dari kota Bekasi sendiri tersebar di 12 kecamatan dan 56 kelurahan. Dan wilayah bekasi sendiri memiliki letak geografisnya yang berdasarkan kondisi dari :
 Topografi
Kondisi Topografi kota Bekasi dengan kemiringan antara 0 – 2 % dan terletak pada ketinggian antara 11 m – 81 m di atas permukaan air laut.
• Ketinggian >25 m : Kecamatan Medan Satria, Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Bekasi Timur dan Pondok Gede
• Ketinggian 25 – 100 m : Kecamatan Bantargebang, Pondok Melati, Jatiasih
Wilayah dengan ketinggian dan kemiringan rendah yang menyebabkan daerah tersebut banyak genangan, terutama pada saat musim hujan yaitu: di Kecamatan Jatiasih, Bekasi Timur, Rawalumbu, Bekasi Selatan, Bekasi Barat, dan Kecamatan Pondok Melati.
Geologi dan Jenis Tanah
Struktur geologi wilayah Kota Bekasi didominasi oleh pleistocene volcanik facies namun terdapat dua kecamatan yang memiliki karakteristik struktur lainnya yaitu:
• Bekasi Utara : Struktur Aluvium
• Bekasi Timur : Struktur Miocene Sedimentary Facies
Di Bekasi Selatan terdapat sumur gas JNG-A (106o 55’ 8,687” BT; 06o 20’54,051”) dan Sumur JNGB (106o 55’ 21,155” BT; 06o 21’ 10,498”)
Hidrologi dan klimatologi
Kondisi hidrologi Kota Bekasi dibedakan menjadi dua:
1. Air permukaan, mencakup kondisi air hujan yang mengalir ke sungai-sungai.
Wilayah Kota Bekasi dialiri 3 (tiga) sungai utama yaitu Sungai Cakung, Sungai Bekasi dan Sungai Sunter, beserta anak-anak sungainya. Sungai Bekasi mempunyai hulu di Sungai Cikeas yang berasal dari gunung pada ketinggian kurang lebih 1.500 meter dari permukaan air.
Air permukaan yang terdapat di wilayah Kota Bekasi meliputi sungai/kali Bekasi dan beberapa sungai/kali kecil serta saluran irigasi Tarum Barat yang selain digunakan untuk mengairi sawah juga merupakan sumber air baku bagi kebutuhan air minum wilayah Bekasi (kota dan kabupaten) dan wilayah DKI Jakarta. Kondisi air permukaan kali Bekasi saat ini tercemar oleh limbah industri yang terdapat di bagian selatan wilayah Kota Bekasi (industri di wilayah Kabupaten Bogor).
2. Air tanah
Kondisi air tanah di wilayah Kota Bekasi sebagian cukup potensial untuk digunakan sebagai sumber air bersih terutama di wilayah selatan Kota Bekasi, tetapi untuk daerah yang berada di sekitar TPA Bantargebang kondisi air tanahnya kemungkinan besar sudah tercemar.
Wilayah Kota Bekasi secara umum tergolong pada iklim kering dengan tingkat kelembaban yang rendah. Kondisi lingkungan sehari-hari sangat panas. Hal ini terlebih dipengaruhi oleh tata guna lahan yang meningkat terutama industri/perdagangan dan permukiman. Temperatur harian diperkirakan berkisar antara 24 – 33° C.
Permukiman
Jumlah Penduduk Kota Bekasi saat ini lebih dari 2,2 juta jiwa yang tersebar di 12 kecamatan, yaitu Kecamatan Pondok Gede, Jati Sampurna, Jati Asih, Bantar Gebang, Bekasi Timur, Rawa Lumbu, Bekasi Selatan, Bekasi Barat, Medan Satria, Bekasi Utara, Mustika Jaya, Pondok Melati.
Hasil dari sensus penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kota Bekasi tahun 2014 terdapat 2.523.032 penduduk diantaranya 1.274.716 penduduk laki-laki dan 1.248.316 penduduk perempuan. Berikut ini daftar banyak nya penduduk di kota Bekasi per kecamatan :
 1.     Pondok Gede
267.310
2.         Jatisampurna
117.170
3.         Pondokmelati
139.725
4.         Jatiasih
216.260
5.         Bantargebang
105.019
6.         Mustikajaya
187.229
7.         Bekasi Timur
255.928
8.         Rawalumbu
227.198
9.         Bekasi Selatan
215.050
10.      Bekasi Barat
286.142
11.      Medansatria
171.769
12.      Bekasi Utara
334.232

Keadaan masyarakat Kota Bekasi

Kependudukan
Penduduk terkonsentrasi di beberapa kecamatan tertentu, seperti Kecamatan: Bekasi utara, Pondokgede, Bekasi Barat, dan Jatiasih. Kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Bekasi Utara yang mencapai 16.897 jiwa per kilometer persegi. Sedangkan, kepadatan terendah berada di Kecamatan Jatisampurna yang “hanya” sebesar 7.061 jiwa per kilometer persegi (Kota Bekasi dalam Angka 1012: 61).

Jika dilihat berdasarkan golongan usia, penduduk yang berusia 0-4 tahun ada 224.350 jiwa, kemudian yang berusia 5-9 tahun ada 220.452 jiwa, berusia 10-14 tahun ada 200.461 jiwa, berusia 15-19 tahun ada 215.577 jiwa, berusia 20-24 tahun ada 237.625 jiwa, berusia 25-29 tahun ada 262.453 jiwa, berusia 30-34 tahun ada 238.057 jiwa, berusia 35-39 tahun ada 209.195, berusia 40-44 tahun ada 181.789 jiwa, berusia 45-49 tahun ada 149.081 jiwa, berusia 50-54 tahun ada 113.114 jiwa, berusia 55-59 tahun ada 73.596 jiwa, berusia 60-64 tahun ada 40.380 jiwa, dan yang berusia 65 tahun ke atas ada 56.792 jiwa. Ini menunjukkan bahwa penduduk Kota Bekasi sebagian besar berusia produktif. Golongan umur tersebut secara rinci dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1
Penduduk Kota Bekasi
Berdasarkan Golongan Umur
No
Golongan Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
0 - 4
5 - 9
10 - 14
15 - 19
20 – 24
25 – 29
30 – 34
35 – 39
40 – 44
45 – 49
50 – 54
55 – 59
60 – 64
65 – ke atas
115.431
113.840
102.770
104.903
116.891
131.109
119.458
106.405
91.830
75.036
59.801
41.663
21.758
27.361
108.919
106.612
97.691
110.674
120.734
131.344
118.599
102.790
89.959
74.045
53.313
31.933
18.622
29.431
224.350
220.452
200.461
215.577
237.625
262.453
238.057
209.195
181.789
149.081
113.114
73.596
40.380
56.792
  Sumber: Kota Bekasi dalam Angka 2012

Pendidikan dan Kesehatan
Sebagai sebuah kota satelit dari Provinsi DKI Jakarta, Bekasi tentu saja memiliki sarana pendidikan dan kesehatan yang memadai bagi masyarakatnya. Adapun sarana pendidikan yang terdapat di kota ini, diantaranya adalah: 716 buah Taman Kanak-kanak yang menampung 36.836 orang murid dengan jumlah tenaga pengajar sebanyak 3.325 orang; 627 buah Sekolah Dasar dengan jumlah siswa sebanyak 240.938 orang dan10.595 orang tenaga pengajar; 209 buah Sekolah Menengah Pertama dengan jumlah siswa sebanyak 81.754 orang dan 3.960 orang tenaga pengajar; 92 buah Sekolah Menengah Atas dengan jumlah siswa sebanyak 35.302 orang dan 2.097 orang tenaga pengajar; 97 buah Sekolah Menengah Kejuruan dengan jumlah siswa sebanyak 45.462 orang dan 1.554 orang tenaga pengajar; 276 buah Madrasah Raudhatul Athfal dengan jumlah siswa sebanyak 11.017 orang dan 1.313 orang tenaga pengajar; 132 buah Madrasah Ibtidaiyah dengan jumlah siswa sebanyak 20.620 orang dan 1.640 orang tenaga pengajar; 73 buah Madrasah Tsanawiyah dengan jumlah siswa sebanyak 16.965 orang dan 1.565 orang tenaga pengajar; 25 buah Madrasah Aliyah dengan jumlah siswa sebanyak 3.286 orang dan 553 orang tenaga pengajar; dan 82 buah Pondok Pesantren dengan jumlah santri sebanyak 7.775 orang dan 486 ustadz pengajar.

Sedangkan untuk sarana kesehatan terdapat 38 buah rumah sakit, 31 buah puskesmas, dan 28 buah puskesmas pembantu. Berdasarkan data yang tercatat pada Balap Pusat Statistik Kota Bekasi tahun 2012 tercatat 822 tenaga kesehatan, terdiri dari: 3 dokter spesialis, 2 dokter spesialis gigi, 138 dokter umum, 85 dokter gigi, 10 apoteker, 19 asisten apoteker, 36 tenaga gizi, 227 perawat umum, 38 perawat gigi, 209 bidan, 13 tenaga kesehatan masyarakat, 18 tenaga sanitasi, dan 19 tenaga teknis medis (Kota Bekasi dalam Angka 1012).

Perekonomian
Salah satu hal yang membuat Kota Bekasi berkembang dengan pesat adalah karena adanya perkembangan dalam bidang industri, terutama industri pengolahan, perdagangan, hotel, dan restoran. Hal ini membuat mata pencaharian penduduknya pun semakin beragam dan tidak hanya bertumpu pada sektor pertanian. Menurut data dari BPS Kota Bekasi tahun 2012, dari luas secara keseluruhan yang mencapai 21.049 ha, hanya sebagian kecil saja yang saat ini masih digunakan sebagai lahan pertanian yaitu sekitar 505 ha atau 3,15%. Selebihnya, merupakan lahan kering yang digunakan untuk bangunan dan halaman (15.072 ha), kebun (4.285 ha), dan kolam atau empang seluas (69 ha).

Dengan lahan yang relatif kecil tersebut, tanaman pangan, buah-buahan dan hasil kebun lain yang dihasilkan hanyalah berupa padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, sawi, kacang panjang, bayam, mentimun, cabe, terong, kangkung, rambutan, jambu biji, duku, sawo, pisang, pepaya, jahe, pandan, dan kencur. Pada tahun 2012, produksi tanaman padi menghasilkan sekitar 5.950,79 ton, kangkung 4.348 ton, sawi 3.614,4 ton, bayam 3.556,65 ton, rambutan 2.006,87 ton, jambu biji 987,74 ton, jahe 366,47 kwintal per ha, dan selebihnya berupa sawo, pisang, dan pepaya sekitar 600 ton.

Selain pertanian dan perkebunan, Kota Bekasi juga menghasilkan tambahan dari sektor perikanan dan peternakan. Pada tahun 2011 hasil perikanan Kota Bekasi mencapai 1.310,05 ton dengan jenis ikan lele yang paling banyak diproduksi yaitu sekitar 531,85 ton. Sedangkan dari sektor peternakan menghasilkan 1.104.525 ekor ayam ras pedaging, 172.358 ekor ayam buras, 118.500 ekor ayam petelur, dan 7.294 ekor itik.

Agama dan Kepercayaan
Agama yang dianut oleh Masyarakat Kota Bekasi sangat beragam, yaitu: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan aliran Kepercayaan. Ada korelasi positif antara jumlah pemeluk suatu agama dengan jumlah sarana peribadatan. Hal itu tercermin dari banyaknya sarana peribadatan yang berkaitan dengan agama Islam (mesjid, musholla dan langar). Berdasarkan data yang tertera pada Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, jumlah mesjid yang ada di sana mencapai 1.032 buah, musholla 695 buah, dan langgar mencapai 957 buah. Sarana peribadatan yang berkenaan dengan penganut agama Kristen dan Katolik mencapai 97 buah, agama Budha mencapai 11 buah (10 buah vihara dan 1 buah kelenteng), dan agama Hindu hanya ada satu buah pura. Sementara data yang berkaitan dengan sarana peribadatan atau gedung pertemuan bagi penganut aliran kepercayaan belum ada.

Salah satu aliran kepercayaan di Kota Bekasi adalah aliran Kebatinan Perjalanan. Para penganutnya berjumlah beberapa ribu orang dan sebagian besar tersebar di empat kecamatan, yaitu: Jatiasih, Jatisampurna, Mustika Jaya, dan Bantargebang. Berikut adalah profil dari keempat kecamatan yang merupakan wilayah persebaran aliran kebatinan Perjalanan di Kota Bekasi. (gufron)



Pendapat

Menurut saya saat ini kota Bekasi merupakan daerah yang tergolong berkembang, itu disebabkan karena infrastruktur yang mulai berkembang,  lahan pekerjaan yang cukup banyak dan keadaan ekonomi warga yang semakin membaik. Tetapi meskipun lahan pekerjaan tersedia, infrastruktur yang berkembang dan ekonomi yang membaik masih saja kita menemui masyarakt yang kurang mampu dan penggangguran di kota Bekasi
Hal tersebut yang membuat saya berpendapat bahwa masyarakat kota Bekasi termasuk kedalam golongan masyarakat kelas menengah kebawah, karena masih ada masyarakat yang kurang mampu di kota Bekasi.


Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar