Pemetaan Sosial Kota Bekasi
Profil kota bekasi
Sejarah Sebelum Tahun 1949
Kota
Bekasi ternyata mempunyai sejarah yang sangat panjang dan penuh dinamika. Ini
dapat dibuktikan perkembangannya dari jaman ke jaman, sejak jaman Hindia
Belanda, pundudukan militer Jepang, perang kemerdekaan dan jaman Republik
Indonesia. Di jaman Hindia Belanda, Bekasi masih merupakan Kewedanaan
(District), termasuk Regenschap (Kabupaten) Meester Cornelis. Saat itu kehidupan
masyarakatnya masih di kuasai oleh para tuan tanah keturunan Cina.
Kondisi
ini terus berlanjut sampai pendudukan militer Jepang. Pendudukan militer Jepang
turut merubah kondisi masyarakat saat itu. Jepang melaksanakan Japanisasi di
semua sektor kehidupan. Nama Batavia diganti dengan nama Jakarta. Regenschap
Meester Cornelis menjadi KEN Jatinegara yang wilayahnya meliputi Gun Cikarang,
Gun Kebayoran dan Gun Matraman.Setelah proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17
Agustus 1945, struktur pemerintahan kembali berubah, nama Ken menjadi
Kabupaten, Gun menjadi Kewedanaan, Son menjadi Kecamatan dan Kun menjadi
Desa/Kelurahan. Saat itu Ibu Kota Kabupaten Jatinegara selalu berubah-ubah,
mula-mula di Tambun, lalu ke Cikarang, kemudian ke Bojong (Kedung Gede).
Pada
waktu itu Bupati Kabupaten Jatinegara adalah Bapak Rubaya
Suryanaatamirharja.Tidak lama setelah pendudukan Belanda, Kabupaten Jatinegara
dihapus, kedudukannya dikembalikan seperti zaman Regenschap Meester Cornelis
menjadi Kewedanaan. Kewedanaan Bekasi masuk kedalam wilayah Batavia En
Omelanden. Batas Bulak Kapal ke Timur termasuk wilayah negara Pasundan di bawah
Kabupaten Kerawang, sedangkan sebelah Barat Bulak Kapal termasuk wilayah negara
Federal sesuai Staatsblad Van Nederlandsch Indie 1948 No. 178 Negara Pasundan.
Sejarah setelah tahun 1949
Sejarah
setelah tahun 1949, ditandai dengan aksi unjuk rasa sekitar 40.000 rakyat
Bekasi pada tanggal 17 Februari 1950 di alum-alun Bekasi. Hadir pada acara
tersebut Bapak Mu’min sebagai Residen Militer Daerah V. Inti dari unjuk rasa
tersebut adalah penyampaian pernyataan sikap sebagai berikut :
Rakyat
bekasi mengajukan usul kepada Pemerintah Pusat agar kabupaten Jatinegara diubah
menjadi Kabupaten Bekasi. Rakyat Bekasi tetap berdiri di belakang Pemerintah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dan
berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 1950 terbentuklah Kabupaten Bekasi, dengan
wilayah terdiri dari 4 kewedanaan, 13 kecamatan (termasuk Kecamatan Cibarusah)
dan 95 desa. Angka-angka tersebut secara simbolis diungkapkan dalam lambang Kabupaten
Bekasi dengan motto "SWATANTRA WIBAWA MUKTI".
Pada
tahun 1960 kantor Kabupaten Bekasi berpindah dari Jatinegara ke kota Bekasi
(jl. H Juanda). Kemudian pada tahun 1982, saat Bupati dijabat oleh Bapak H.
Abdul Fatah Gedung Perkantoran Pemda Kabupaten Bekasi kembali dipindahkan ke
Jl. A. Yani No.1 Bekasi. Pasalnya perkembangan Kecamatan Bekasi menuntut
dimekarkannya Kecamatan Bekasi menjadi Kota Administratif Bekasi yang terdiri
atas 4 kecamatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1981, yaitu
Kecamatan Bekasi Timur, bekasi Selatan, Bekasi Barat dan Bekasi Utara, yang
seluruhnya menjadi 18 kelurahan dan 8 desa.
Pada
Perkembangannya Kota Administratif Bekasi terus bergerak dengan cepat. Hal ini
ditandai dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan roda perekonomian
yang semakin bergairah. Sehingga status Kotif. Bekasi pun kembali di tingkatkan
menjadi Kotamadya (sekarang "Kota") melalui Undang-undang Nomor 9
Tahun 1996 Menjabat Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bekasi saat itu
adalah Bapak Drs. H. Khailani AR, selama satu tahun (1997-1998).
Selanjutnya
berdasarkan hasil pemilihan terhitung mulai tanggal 23 Pebruari 1998
Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bekasi definitif dijabat oleh Bapak Drs.
H Nonon Sonthanie (1998-2003). Setelah pemilihan umum berlangsung terpilihlah
Walikota dan Wakil Walikota Bekasi yaitu : Akhmad Zurfaih dan Moechtar Muhammad
(perode 2003 - 2008).
Wilayah kota bekasi
Wilayah
Bekasi sendiri merupakan wilayah yang cukup luas di provinsi Jawa Barat sekitar
210,49
luas dari kota dan kabupaten Bekasi, penduduk
dari kota Bekasi sendiri tersebar di 12 kecamatan dan 56 kelurahan. Dan wilayah
bekasi sendiri memiliki letak geografisnya yang berdasarkan kondisi dari :
TopografiKondisi Topografi kota Bekasi dengan kemiringan antara 0 – 2 % dan terletak pada ketinggian antara 11 m – 81 m di atas permukaan air laut.
• Ketinggian >25 m : Kecamatan Medan Satria, Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Bekasi Timur dan Pondok Gede
• Ketinggian 25 – 100 m : Kecamatan Bantargebang, Pondok Melati, Jatiasih
Wilayah dengan ketinggian dan
kemiringan rendah yang menyebabkan daerah tersebut banyak genangan, terutama
pada saat musim hujan yaitu: di Kecamatan Jatiasih, Bekasi Timur, Rawalumbu, Bekasi
Selatan, Bekasi Barat, dan Kecamatan Pondok Melati.
Geologi dan Jenis Tanah
Struktur geologi wilayah Kota Bekasi didominasi oleh pleistocene volcanik facies namun terdapat dua kecamatan yang memiliki karakteristik struktur lainnya yaitu:
• Bekasi Utara : Struktur Aluvium
• Bekasi Timur : Struktur Miocene Sedimentary Facies
Di Bekasi Selatan terdapat sumur gas JNG-A (106o 55’ 8,687” BT; 06o 20’54,051”) dan Sumur JNGB (106o 55’ 21,155” BT; 06o 21’ 10,498”)
Struktur geologi wilayah Kota Bekasi didominasi oleh pleistocene volcanik facies namun terdapat dua kecamatan yang memiliki karakteristik struktur lainnya yaitu:
• Bekasi Utara : Struktur Aluvium
• Bekasi Timur : Struktur Miocene Sedimentary Facies
Di Bekasi Selatan terdapat sumur gas JNG-A (106o 55’ 8,687” BT; 06o 20’54,051”) dan Sumur JNGB (106o 55’ 21,155” BT; 06o 21’ 10,498”)
Hidrologi dan klimatologi
Kondisi hidrologi Kota Bekasi dibedakan menjadi dua:
Kondisi hidrologi Kota Bekasi dibedakan menjadi dua:
1. Air permukaan, mencakup kondisi air hujan yang mengalir
ke sungai-sungai.
Wilayah Kota Bekasi dialiri 3 (tiga)
sungai utama yaitu Sungai Cakung, Sungai Bekasi dan Sungai Sunter, beserta
anak-anak sungainya. Sungai Bekasi mempunyai hulu di Sungai Cikeas yang berasal
dari gunung pada ketinggian kurang lebih 1.500 meter dari permukaan air.
Air permukaan yang terdapat di
wilayah Kota Bekasi meliputi sungai/kali Bekasi dan beberapa sungai/kali kecil
serta saluran irigasi Tarum Barat yang selain digunakan untuk mengairi sawah
juga merupakan sumber air baku bagi kebutuhan air minum wilayah Bekasi (kota
dan kabupaten) dan wilayah DKI Jakarta. Kondisi air permukaan kali Bekasi saat
ini tercemar oleh limbah industri yang terdapat di bagian selatan wilayah Kota
Bekasi (industri di wilayah Kabupaten Bogor).
2. Air tanah
Kondisi air tanah di wilayah Kota
Bekasi sebagian cukup potensial untuk digunakan sebagai sumber air bersih
terutama di wilayah selatan Kota Bekasi, tetapi untuk daerah yang berada di
sekitar TPA Bantargebang kondisi air tanahnya kemungkinan besar sudah tercemar.
Wilayah Kota Bekasi secara umum
tergolong pada iklim kering dengan tingkat kelembaban yang rendah. Kondisi
lingkungan sehari-hari sangat panas. Hal ini terlebih dipengaruhi oleh tata
guna lahan yang meningkat terutama industri/perdagangan dan permukiman.
Temperatur harian diperkirakan berkisar antara 24 – 33° C.
Permukiman
Jumlah Penduduk Kota Bekasi saat ini
lebih dari 2,2 juta jiwa yang tersebar di 12 kecamatan, yaitu Kecamatan Pondok
Gede, Jati Sampurna, Jati Asih, Bantar Gebang, Bekasi Timur, Rawa Lumbu, Bekasi
Selatan, Bekasi Barat, Medan Satria, Bekasi Utara, Mustika Jaya, Pondok Melati.
Hasil
dari sensus penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kota Bekasi
tahun 2014 terdapat 2.523.032 penduduk diantaranya 1.274.716 penduduk laki-laki
dan 1.248.316 penduduk perempuan. Berikut ini daftar banyak nya penduduk di
kota Bekasi per kecamatan :
1. Pondok Gede
|
267.310
|
2.
Jatisampurna
|
117.170
|
3.
Pondokmelati
|
139.725
|
4.
Jatiasih
|
216.260
|
5.
Bantargebang
|
105.019
|
6.
Mustikajaya
|
187.229
|
7.
Bekasi Timur
|
255.928
|
8.
Rawalumbu
|
227.198
|
9.
Bekasi Selatan
|
215.050
|
10. Bekasi Barat
|
286.142
|
11. Medansatria
|
171.769
|
12. Bekasi Utara
|
334.232
|
Keadaan masyarakat Kota Bekasi
Kependudukan
Penduduk terkonsentrasi di beberapa
kecamatan tertentu, seperti Kecamatan: Bekasi utara, Pondokgede, Bekasi Barat,
dan Jatiasih. Kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Bekasi Utara yang
mencapai 16.897 jiwa per kilometer persegi. Sedangkan, kepadatan terendah
berada di Kecamatan Jatisampurna yang “hanya” sebesar 7.061 jiwa per kilometer
persegi (Kota Bekasi dalam Angka 1012: 61).
Jika dilihat berdasarkan golongan
usia, penduduk yang berusia 0-4 tahun ada 224.350 jiwa, kemudian yang berusia
5-9 tahun ada 220.452 jiwa, berusia 10-14 tahun ada 200.461 jiwa, berusia 15-19
tahun ada 215.577 jiwa, berusia 20-24 tahun ada 237.625 jiwa, berusia 25-29
tahun ada 262.453 jiwa, berusia 30-34 tahun ada 238.057 jiwa, berusia 35-39
tahun ada 209.195, berusia 40-44 tahun ada 181.789 jiwa, berusia 45-49 tahun
ada 149.081 jiwa, berusia 50-54 tahun ada 113.114 jiwa, berusia 55-59 tahun ada
73.596 jiwa, berusia 60-64 tahun ada 40.380 jiwa, dan yang berusia 65 tahun ke
atas ada 56.792 jiwa. Ini menunjukkan bahwa penduduk Kota Bekasi sebagian besar
berusia produktif. Golongan umur tersebut secara rinci dapat dilihat pada tabel
1 di bawah ini.
Tabel
1
Penduduk
Kota Bekasi
Berdasarkan
Golongan Umur
No
|
Golongan Umur
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
|
0 - 4
5 - 9
10 - 14
15 - 19
20 – 24
25 – 29
30 – 34
35 – 39
40 – 44
45 – 49
50 – 54
55 – 59
60 – 64
65 – ke atas
|
115.431
113.840
102.770
104.903
116.891
131.109
119.458
106.405
91.830
75.036
59.801
41.663
21.758
27.361
|
108.919
106.612
97.691
110.674
120.734
131.344
118.599
102.790
89.959
74.045
53.313
31.933
18.622
29.431
|
224.350
220.452
200.461
215.577
237.625
262.453
238.057
209.195
181.789
149.081
113.114
73.596
40.380
56.792
|
Sumber: Kota Bekasi dalam Angka 2012
Pendidikan dan Kesehatan
Sebagai sebuah kota satelit dari
Provinsi DKI Jakarta, Bekasi tentu saja memiliki sarana pendidikan dan
kesehatan yang memadai bagi masyarakatnya. Adapun sarana pendidikan yang
terdapat di kota ini, diantaranya adalah: 716 buah Taman Kanak-kanak yang
menampung 36.836 orang murid dengan jumlah tenaga pengajar sebanyak 3.325 orang;
627 buah Sekolah Dasar dengan jumlah siswa sebanyak 240.938 orang dan10.595
orang tenaga pengajar; 209 buah Sekolah Menengah Pertama dengan jumlah siswa
sebanyak 81.754 orang dan 3.960 orang tenaga pengajar; 92 buah Sekolah Menengah
Atas dengan jumlah siswa sebanyak 35.302 orang dan 2.097 orang tenaga pengajar;
97 buah Sekolah Menengah Kejuruan dengan jumlah siswa sebanyak 45.462 orang dan
1.554 orang tenaga pengajar; 276 buah Madrasah Raudhatul Athfal dengan jumlah
siswa sebanyak 11.017 orang dan 1.313 orang tenaga pengajar; 132 buah Madrasah
Ibtidaiyah dengan jumlah siswa sebanyak 20.620 orang dan 1.640 orang tenaga
pengajar; 73 buah Madrasah Tsanawiyah dengan jumlah siswa sebanyak 16.965 orang
dan 1.565 orang tenaga pengajar; 25 buah Madrasah Aliyah dengan jumlah siswa
sebanyak 3.286 orang dan 553 orang tenaga pengajar; dan 82 buah Pondok
Pesantren dengan jumlah santri sebanyak 7.775 orang dan 486 ustadz pengajar.
Sedangkan untuk sarana kesehatan
terdapat 38 buah rumah sakit, 31 buah puskesmas, dan 28 buah puskesmas
pembantu. Berdasarkan data yang tercatat pada Balap Pusat Statistik Kota Bekasi
tahun 2012 tercatat 822 tenaga kesehatan, terdiri dari: 3 dokter spesialis, 2
dokter spesialis gigi, 138 dokter umum, 85 dokter gigi, 10 apoteker, 19 asisten
apoteker, 36 tenaga gizi, 227 perawat umum, 38 perawat gigi, 209 bidan, 13
tenaga kesehatan masyarakat, 18 tenaga sanitasi, dan 19 tenaga teknis medis
(Kota Bekasi dalam Angka 1012).
Perekonomian
Salah satu hal yang membuat Kota
Bekasi berkembang dengan pesat adalah karena adanya perkembangan dalam bidang
industri, terutama industri pengolahan, perdagangan, hotel, dan restoran. Hal
ini membuat mata pencaharian penduduknya pun semakin beragam dan tidak hanya
bertumpu pada sektor pertanian. Menurut data dari BPS Kota Bekasi tahun 2012,
dari luas secara keseluruhan yang mencapai 21.049 ha, hanya sebagian kecil saja
yang saat ini masih digunakan sebagai lahan pertanian yaitu sekitar 505 ha atau
3,15%. Selebihnya, merupakan lahan kering yang digunakan untuk bangunan dan
halaman (15.072 ha), kebun (4.285 ha), dan kolam atau empang seluas (69 ha).
Dengan lahan yang relatif kecil
tersebut, tanaman pangan, buah-buahan dan hasil kebun lain yang dihasilkan
hanyalah berupa padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, sawi, kacang
panjang, bayam, mentimun, cabe, terong, kangkung, rambutan, jambu biji, duku,
sawo, pisang, pepaya, jahe, pandan, dan kencur. Pada tahun 2012, produksi
tanaman padi menghasilkan sekitar 5.950,79 ton, kangkung 4.348 ton, sawi
3.614,4 ton, bayam 3.556,65 ton, rambutan 2.006,87 ton, jambu biji 987,74 ton,
jahe 366,47 kwintal per ha, dan selebihnya berupa sawo, pisang, dan pepaya
sekitar 600 ton.
Selain pertanian dan perkebunan,
Kota Bekasi juga menghasilkan tambahan dari sektor perikanan dan peternakan.
Pada tahun 2011 hasil perikanan Kota Bekasi mencapai 1.310,05 ton dengan jenis
ikan lele yang paling banyak diproduksi yaitu sekitar 531,85 ton. Sedangkan
dari sektor peternakan menghasilkan 1.104.525 ekor ayam ras pedaging, 172.358
ekor ayam buras, 118.500 ekor ayam petelur, dan 7.294 ekor itik.
Agama dan Kepercayaan
Agama yang dianut oleh Masyarakat
Kota Bekasi sangat beragam, yaitu: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan
aliran Kepercayaan. Ada korelasi positif antara jumlah pemeluk suatu agama
dengan jumlah sarana peribadatan. Hal itu tercermin dari banyaknya sarana
peribadatan yang berkaitan dengan agama Islam (mesjid, musholla dan langar).
Berdasarkan data yang tertera pada Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, jumlah
mesjid yang ada di sana mencapai 1.032 buah, musholla 695 buah, dan langgar
mencapai 957 buah. Sarana peribadatan yang berkenaan dengan penganut agama
Kristen dan Katolik mencapai 97 buah, agama Budha mencapai 11 buah (10 buah
vihara dan 1 buah kelenteng), dan agama Hindu hanya ada satu buah pura.
Sementara data yang berkaitan dengan sarana peribadatan atau gedung pertemuan
bagi penganut aliran kepercayaan belum ada.
Salah satu aliran kepercayaan di
Kota Bekasi adalah aliran Kebatinan Perjalanan. Para penganutnya berjumlah beberapa
ribu orang dan sebagian besar tersebar di empat kecamatan, yaitu: Jatiasih,
Jatisampurna, Mustika Jaya, dan Bantargebang. Berikut adalah profil dari
keempat kecamatan yang merupakan wilayah persebaran aliran kebatinan Perjalanan
di Kota Bekasi. (gufron)
Pendapat
Menurut saya saat ini kota Bekasi
merupakan daerah yang tergolong berkembang, itu disebabkan karena infrastruktur
yang mulai berkembang, lahan pekerjaan
yang cukup banyak dan keadaan ekonomi warga yang semakin membaik. Tetapi meskipun
lahan pekerjaan tersedia, infrastruktur yang berkembang dan ekonomi yang
membaik masih saja kita menemui masyarakt yang kurang mampu dan penggangguran
di kota Bekasi
Hal tersebut yang membuat saya
berpendapat bahwa masyarakat kota Bekasi termasuk kedalam golongan masyarakat
kelas menengah kebawah, karena masih ada masyarakat yang kurang mampu di kota
Bekasi.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar